Iklan Parpol = Iklan Tariff Selluer

Akhir - akhir ini sering kita saksikan makin gencarnya iklan yang dikeluarkan oleh partai politik peserta pemilu 2009 dalam rangka menjaring suara lebih banyak dan tentu saja promosi partai.Tetapi simaklah dan renungkan sejenak,apa bedanya iklan tersebut dengan perang tarif yang beberapa bulan lau wara - wiri di setiap stasiun televisi.Memang perbedaan tidak secara substantif tetapi secara tdak langsung,namun apabila anda perhatikan dengan seksama maka secara tidak langsung tiap iklan terkesan mendewakan parpol milik sendiri tanpa mempedulikan etika berpolitik.



Tentu saja parpol yang melakukan hal demikian adalah parpol pemain lama yang sudah menempatkan wakilnya di kursi rakyat senayan dan dengan fakta yang memang benar adanya berusaha menarik bahwa hal positif yang dilakukan pemerintah adalah produksi dan kerja keras HANYA dari anggotanya yang berkedudukan di kursi wakil rakyat.Perhatikan kata HANYA yang dikapitalkan,maksudnya tidak lain adalah secara tidak sadar kita telah didoktrin bahwa hanya dengan kerja keras partainya lah kebijakan positif dari pemerintah dapat terwujud.Padahal jika kita telusuri lagi,kerja pemerintah tidak hanya berasal dari satu atau dua parpol,tetapi beragam parpol yang duduk di kursi wakil rakyat bekerja sama untuk merumuskan kebijakan demi kesejahteraan rakyat yang berujud kebijakan positif pemerintah.

Bagaimana masyarakat kita akan dewasa jikalau hal seperti ini masih saja menghiasi kehidupan politik bangsa ini sehari - harinya.Tentu akan menimbulkan sikap egois dan terlalu mementingkan golongan serta akan menciptakan semacam geng parpol didalam kursi wakil rakyat pasca pemilu nanti,artinya antara parpol yang mendapatkan jatah dikursi wakil rakyat akan bersaing secara tidak sehat dan saling menjatuhkan anggota parpol yang berbeda,padahal berbagai macam parpol diambil anggotanya untuk duduk di kursi wakil rakyat dan bekerja sama demi mensejahterakan bangsa ini.Hal ini yang kita takutkan akan terjadi pasca pemilu nanti.

Mari kita sebagai masyarakat Indonesia jadilah sebuah bangsa yang kritis,sebuah bangsa yang mampu memilah dan memilih mana saja yang mampu lebih dewasa,jangan seperti iklan tarif selluler yang saling menjatuhkan (destruktif) dan harusnya saling membangun (kostruktif).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar