Minggu Pagi Seperempat Nyawa

ku terbangun dengan terpaksa di minggu pagi yang sinar mataharinya mendesak masuk melalui celah jendela kamarku.Nyaris tanpa ritual pengumpulan nyawa barang sedetikpun yang selalu kulakukan setiap membuka mata ditiap pagi.Ada apa gerangan gumamku,apa tentara belanda agresi lagi ke ngagik tercinta??ahh…ternyata tidak,dengan setengah sadar kulihat jenderal kompeni yang lebih sangar daripada pelm nagabonar sudah berdiri disisi dipan tempat tidurku dengan satu tangan berkacak pinggang dan dengan nada suara yang tinggi mencoba mengganggu keadaan seperempat sadarku.

Ketika mataku mampu terbuka walau hanya setengahnya saja,kulihat bapakku dengan gaya klasiknya menggusur bangunan tidurku yang susah payah kubangun setengah jam yang lalu,berharap dapat kunikmati 3 jam kedepan.Dengan rasa terpaksa kucoba berdiri dan berjalan keluar kamar dan sempoyongan yang lebih mirip orang yang baru saja menghabiskan 3 botol Jack.D.Ketika sampai dipancuran air kucoba menyegarkan diri dengan membasuh beberapa kali air keseluruh permukaan muka,berharap nyawa yang masih tertinggal dikamar tidurku mampu menyusul lebih cepat daripada kecepatan suara.




Setelah yakin benar nyawaku telah terisi setidaknya tiga perempat baru kusadari sebenarnya apa yang membuat sang jenderal kompeni begitu bernafsu membangunkanku ditengah lelap tidurku yang terhitung benar – benar lelap.Mulailah beberapa penjelasan keluar dan intinya ada pekerjaan besar menanti,yaitu pekerjaan (yang menurutku bakal menjadi kerja rodi) membereskan dan membersihkan rumah tempat tinggal sang jenderal kompeni ketika masih kanak – kanak.

Selama diperjalanan aku masih penasaran,sebenarnya apa yang menyebabkan begitu mendadaknya kegiatan yang normalnya dilakukan 2 bulan sekali ini.Kucoba untuk mengingat event apa saja yang sekiranya dekat dengan bulan kesepuluh tahun 2009 ini. Semakin berpikir justru otakku semakin menjadi pening (harusnya kepala yang pening, kenapa ini jadi otaknya yang pening ya…aneh..).

Beberapa saat kemudian sampailah ditempat tujuan,telah menanti beberapa saudara2ku yang kelihatannya sudah siap perang menenteng berbagai macam peralatan dan mungkin Cuma aku yang masih kelihatan kusam.Kuharap seperempat nyawa yang masih tertinggal dikamarku bisa cepat datang.

Selama membersihkan rumah itu aku jadi teringat ketika kami (aku dan teman – teman anggota unit 80) membersihkan calon posko unit 80 sebelum ditempati selama sebulan. Terlihat gampang melihat rumah bertipe joglo dibersihkan karena relatif lapang dan fleksibel dalam pengerjaannya.Namun yang menjadi halangan dan cukup menyesakkan didada adalah ukuran rumah yang cukup besar dan setara dengan ukuran 2 lapangan futsal standar plus lapangan parkir motornya.

Jengkal demi jengkal lantai,dinding dan langit – langit rumah dibersihkan serta tidak lupa memperbaiki beberapa bagian yang sekiranya sudah tidak layak dipakai lagi dan akhirnya selesai tepat pukul 10,tidak buruk (lumayan cepat) mengingat hanya 5 orang yang mengerjakan tidak sebanding dengan ukuran rumah yang dikerjakan.
Setelah menikmati segelas teh anget ditemani 2 piring berisi pisang goreng dan sebungkus gethuk goreng yang langsung diserbu anggota pejuang kerja rodi dan tidak menghiraukan entah peluh keringat siapa saja yang bercampur menjadi satu pada masing – masing hidangan.

Setelah selesai dengan obrolan singkat pasca kerja rodi,kamipun masing – masing pulang kerumah untuk membersihkan diri.

Masih tergumam disisa nafasku…
Hmm…Memangnya ndak bisa ya kalau tidur 3 jam lagi aja..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar